Persahabatan dua insan manusia yang berawal dari pertemuan Adit dengan Nadine di masa kecil ketika mereka sama-sama sedang bersekolah dibangku Sekolah Dasar. Mereka bersahabat dan akrab ketika Nadine sedang belajar menggambar serta mewarnai tiba-tiba temannya mengganggu dirinya dan mencoret-coret gambar yang sedang dikerjakan oleh Nadine. Merasa temannya diganggu, Adit langsung menegur serta mengusir teman-teman yang telah membuat Nadine meneteskan air matanya. Adit mencoba membantu pekerjaan Nadine menyelesaikan menggambar tadi dan sesekali Adit menenangkan Nadine agar tidak menangis lagi.
“Udah Nadine jangan menangis lagi” , Ujar Adit.
“Ya aku ga nangis lagi tapi bagaimana dengan gambar aku”, Jawab Nadine.
“Ya udah sini aku bantu kamu buat gambarnya”, Ujar Adit.
“Makasih Adit”, ucap Nadine sambil tersenyum.
Semenjak itulah mereka jadi teman akrab dan saling membantu satu sama lainnya.
Semakin hari semakin dekat mereka berdua hingga apapun yang mereka lakukan selalu bersama-sama. Setiap pelajaran usai Adit selalu mampir ke kelas Nadine untuk mengajaknya belajar bersama atau sekedar pulang bareng.
“Hai Nadine kita pulang bareng yuk!” , Ajak Adit.
“Ya udah ayo deh, tapi kita ngerjain PR aku dulu yah”, Jawab Nadine.
“Yaudah ayo kita kerjakan sama-sama aku kebetulan juga ada PR”, Ujar Adit.
Kedekatan mereka berdua membuat banyak teman-temannya yang iri dengan mereka berdua hingga tak heran banyak sekali yang mencoba untuk mengganggu mereka bahkan memisahkan mereka tetapi ada saja sesuatu yang membuat mereka lolos dari gangguan itu. Sebaliknya banyak guru yang mendukung keakraban mereka berdua sehingga mereka dapat membantu dalam hal pelajaran. Sebagai buktinya Adit mendapatkan peringkat pertama di kelasnya serta Nadine juga mendapat peringkat pertama dikelasnya.
Seiring berjalannya waktu mereka pun terus bertambah umurnya hingga setelah lulus Sekolah Dasar mereka melanjutkan ke SMP Negeri di Jakarta dan mulailah masa remaja mereka di bangku SMP. Kedekatan mereka berdua membuat mereka memilih bersekolah di sekolah yang sama. Setiap waktu istirahat dan sepulang sekolah Adit selalu menemui dirinya di sebuah Taman dekat sekolah. Kebanyakan teman-teman Nadine beranggapan bahwa Adit dengan dirinya berpacaran padahal kedekatan mereka sebatas teman kecil yang sangat dekat. Salah satu temannya yang bernama Aprilia bertanya kepada Nadine.
”Nadine, kamu pacaran ya sama si Adit aku liat kamu deket terus sama dia”, Tanya Aprilia.
“Ga kok aku cuman temenan kan dia temen kecil aku pril”, Ujar Nadine.
“Oh, kirain pacaran soalnya kalian deket banget”, Ujar Aprilia.
Kedekatan mereka juga bisa membuat orang tua mereka saling mengenal satu sama lain jadi tak heran bila Adit sering sekali main ke rumah Nadine begitu juga sebaliknya.
Pada suatu saat Nadine merasakan perutnya sakit tapi setiap dia merasa sakit selalu saja Nadine membiarkan rasa sakit itu. Nadine juga tak pernah bilang kepada Adit bahwa dirinya sering sakit perut tapi Nadine sendiri belum tau sakit apa yang ada di dalam dirinya. Sampai pada saat Nadine menginjak kelas 3 SMP dan sebentar lagi akan diadakan Ujian Nasional. Waktu itu sehari sebelum pelaksanaan Ujian tersebut, Nadine merasa lemas dan seketika jatuh pingsan di rumahnya setelah dia bangun tidur. Dian, Ibunda Nadine yang pertama melihat Nadine pingsan langsung membawanya ke Rumah Sakit lalu ia di periksa oleh dokter. Kedua orang tuanya terkejut mendengar anaknya ternyata mengidap penyakit yang sangat parah.
“Dokter apa yang terjadi dengan anak saya ?”, Tanya Dian.
“Anak ibu mengidap penyakit Ginjal yang parah”, Ujar dokter. “Salah satu ginjal Nadine rusak dan harus segera di tangani”, dokter menambahkan.
“Lalu apa yang harus kita lakukan dok ?” , Tanya Dian.
“Kita harus segera mencangkok salah satu ginjal Nadine tapi sampai saat ini stok ginjal di rumah sakit tidak ada yang cocok dengan ginjal Nadine”,Ujar dokter.
Oleh karena itu, walapun dirinya tidak bisa melakukan cangkok ginjal dirinya harus menjaga keadaan dirinya tetap sehat agar penyakitnya tidak kambuh secara tiba-tiba. Dengan keadaannya itu akhirnya Nadine tidak mengikuti Ujian Nasional dan mengikuti ujian susulan. Setelah dia keluar dari Rumah Sakit dirinya harus segera belajar dengan giat. Untuk mempercepat dia belajar, Dian memanggil guru privat untuk mengajarkan anaknya.
Dengan sangat menyesal Nadine harus mencari ginjal yang sesuai dengan ginjal yang dimilikinya. Dengan keadaan ginjal yang hanya dimiliki Nadine sekarang dia harus sering istirahat dan jangan sampai terlalu lelah. Nadine tidak mau kalau penyakit yang dideritanya diketahui oleh Adit. Semenjak penyakit itu diderita oleh Nadine dirinya jadi lebih sering di rumah dan merenung di kamar tetapi pada waktu itu Adit selalu ada menemani Nadine. Tiap hari kian berlalu dengan tekat yang kuat untuk sembuh dan untuk lulus SMP akhirnya Nadine lulus dengan nilai sangat memuaskan setelah belajar setiap saat dengan giat.
Pada saat mereka berdua lulus SMP, Adit ternyata mendapatkan sekolah yang berbeda dengan Nadine. Nadine sangat kecewa karena teman kecilnya tidak bersama lagi.
“Dit, kamu dapet sekolah di SMA Negeri 28 Jakarta ya ?”, Tanya Nadine.
“Ya Din aku disana kamu dapet sekolah di SMA Negeri 109 Jakarta
ya ?”, Tanya Adit.”Kita jadi ga bisa sama-sama lagi dong waktu istirahat.” Tambahnya.
“Maaf aku dapetnya disana. Kamu jaga diri ya disana nanti kalo pulang aku main kerumah kamu deh Din.” Ujar Adit.
“Yaudah kamu juga jangan lupa sama aku yah”, Pinta Nadine.
“Iya Nadine aku ga lupa sama kamu kok nanti kita main sama-sama lagi yah”, Ujar Adit.
Setelah mereka berbeda sekolah rasanya berbeda dengan sebelumnya. Nadine belum mempunyai teman disana karena dia sering diam dikelas karena dirinya tidak boleh terlalu letih. Berbanding terbalik dengan Adit, dia banyak mempunyai teman karena dirinya ikut bergabung di Organisasi Sekolah. Banyak perempuan yang kagum dengan kegantengan Adit. Jadi, tak heran bila dirinya banyak didekati perempuan. Awalnya Adit masih sering bermain dirumah Nadine, tetapi sering sekali dia tidak bisa main kerumah Nadine dengan berbagai alasan.
Pada akhirnya Adit jadi tidak pernah lagi kerumah Nadine. Dia jadi lebih suka berkumpul dengan teman barunya itu. Belajar bersama juga adit masih bisa dengan teman kelasnya yang pintar.
Nadine lalu bertanya dengan Adit ketika Nadine memaksakan dirinya berkunjung ke rumah Adit padahal dirinya sangat lemah.
“Adit kamu sekarang kemana sih kok ga pernah main lagi aku sms ga dibales sama kamu!”, Ujar Nadine.
“Maaf Nadine aku lagi sibuk sama pelajaran jadi susah bagi waktu buat main”, Ujar Adit.
“Tapi kan bisa kamu ngerjain tugasnya bareng aku!”, Ujar Nadine.
“Maaf aku sekarang ini lagi banyak tugas individu jadi susah, maaf yah”, Pinta Adit.
“Yaudahlah mungkin kamu udah berubah dan ga usah ketemu aku lagi!”, Ujar Nadine.
“Tapi Din...”
Nadine langsung saja pergi pulang meskipun dia belum selesai memberi alasan kepadanya. Dengan langkah yang perlahan dia pulang diantar teman sebangku Nadine yang bernama Andine. Saat mereka hampir sampai dirumah, Nadine tiba-tiba lemas dan langsung saja Andine membantunya ke rumahnya dengan bergegas dan panik. Andine langsung menaruh Nadine di atas kasur kamarnya dan kemudian membiarkan dia istirahat.
“Andine, Nadine kenapa ?”, Tanya Dian.
“Ini tante tadi Nadine tiba-tiba lemas didepan rumah sana”, Sambil menunjuk arah depan.
“Ya udah biar Nadine istirahat aja”, Ujar Dian.
“Tante, aku pamit pulang ya tante masih banyak tugas mau dikerjain”, Izin Andine.
“Ya sudah kamu hati-hati ya dijalan”, Ujar Dian.
Saat kejadian itu Nadine tidak memikirkan lagi bagaimana keadaan Adit kerena dia sekarang sudah jadi teman yang sibuk. Nadine menjalani hari demi hari ditemani oleh Andine teman dekatnya satu meja disekolahnya. Tidak ada informasi mengenai Adit karena Nadine juga sudah malas dengan tingkah laku dia yang sudah tidak mau berteman dengannya. Pada suatu hari Adit ternyata ingin pindah sekolah keluar negeri karena ayahnya ditugaskan di London, jadi semuanya harus pindah kesana. Sehari sebelum dia berangkat, ternyata dirinya mengunjungi rumah Nadine untuk berpamitan. Saat itu Nadine sedang ada di ruang keluarga membaca buku.
“Nadine, apa kabar ?”, Sapa Adit.
“Ngapain kamu kesini lagi !”, Bentak Nadine. “Masih inget aku disini ?”, Tambahnya.
“Maaf Nadine, aku sedang sibuk kemarin”, Ujar Adit.
“Sesibuk itukah sampai teman lama sendiri dilupakan begitu saja”, Ujar Nadine. “Ya udah lupain aja lah”, Tambahnya.
“Besok aku mau pergi ke London aku sekolah disana soalnya ayah aku pindah tugas disana”, Ujar Adit.
“Terus apa kita masih berteman?”, Tanya Nadine. “Kamu aja baru beda sekolah udah sombong”, Tambahnya.
“Ya aku sekarang usahain kok biar bisa berkomunikasi sama kamu”, Ujar Nadine.
“Ya udah kamu besok hati-hati aja yah, jangan lupa kamu ngabarin aku kalo udah sampe sana”, Ujar Nadine.
“Pasti ku ngabarin kamu kok untuk kali ini. Jadi, kamu udah maafin aku nih ?”, Tanya Adit.
“Ya udah tapi inget kali ini aja kalo diulangin ga aku maafin”, Ujar Nadine.
“Makasih ya Nadine aku janji akan selalu ada buat kamu”, Ujar Adit.
Setelah dia berpamitan kepada keluarganya Nadine dia pun pulang untuk bersiap siap pergi ke luar negeri. Pagi harinya dia berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta jam 05.02 WIB dan waktu itu Nadine masih tertidur karena dirinya tidak boleh terlalu capek.
Sesampainya Adit di London, dia bersegera menghubungi Nadine. Setiap hari mereka selalu berkomunikasi jadi mereka bisa dekat lagi. Pada suatu hari, Nadine merasa dirinya tidak kuat berjalan ke dapur untuk mengambil minum dan Nadine pingsan dengan tangan masih memegang handphonenya menunggu Adit menelepon dirinya. Dengan panik Dina, ibunda Nadine membawanya kerumah sakit. Dokter mendiagnosa bahwa Nadine harus segera melakukan pencangkokan ginjal dan sementara harus berada dirumah sakit sampai ada ginjal yang sama dengan Nadine. Sementara itu Adit mencoba beberapa kali menghubungi Nadine tapi tidak diangkat lalu dia menghubungi ibunda Nadine. Ternyata teleponnya di angkat dan ibunda Nadine menceritakannya semuanya lalu Adit dengan sedikit tidak percaya bahwa Nadine mempunyai penyakit seperti itu bergegas meminta izin kepada orang tuanya untuk pulang ke Jakarta menjenguk Teman kecilnya itu sakit. Setelah ia terbang menuju Jakarta, ia bergegas kerumah sakit dan menanyakan bagaimana keadaan Nadine. Ternyata Nadine tidak sadarkan diri harus segera dilakukan operasi. Adit yang saat itu baru saja tiba disana lalu bertanya kepada dokter apakah ginjal yang dimilikinya sama dengan yang dimiliki Nadine. Setelah dokter melakukan tes ternyata ginjalnya sama dan bisa dilakukan operasi. Adit meminta izin kepada orang tuanya serta orang tua dari Nadine untuk mohon doanya supaya operasi dapat berjalan dengan sukses.
Akhirnya beberapa jam pun dilewatkan untuk memindahkan ginjal Adit dan dilanjutkan dengan mencangkok ginjal Nadine. Semua berjalan dengan sesuai rencana dokter pencangkokan berhasil tinggal menunggu Nadine sadar. Sebelum Nadine sadar, Adit bergegas balik lagi ke London untuk menjalani Tes Akhir Semester disana. Ia juga memberi amanat kepada orang tua Nadine agar merahasiakan siapa yang mendonorkan ginjalnya pada Nadine. Sesampainya Adit di London, ia menghubungi orang tua Nadine untuk menanyakan kabar Nadine dan ternyata Nadine sudah sadar tinggal istirahat yang cukup untuk memulihkan kesehatannya. Setelah beberapa minggu, Adit selesai juga menjalani Tes Akhir Semester dan sedang liburan. Pada liburannya Adit datang menjenguk Nadine yang sudah sadar dan sehat. Karena Adit ginjalnya hanya satu, dirinya harus banyak banyak istirahat dan sambil dia memulihkan dirinya dengan mencangkok ginjalnya di London. Sesampainya Adit di rumah Nadine yang telah pulang dari rumah sakit, Adit menanyakan kesehatannya apakah sudah sehat apa belum.
“Hai Nadine, Apa kabar ?”, Sapa Adit.
“Eh Adit, kapan kesininya kok kamu ga bilang-bilang sama aku dulu?”,Tanya Nadine.
“Ya aku kan mau bikin surprise ke kamu”, Canda Adit.
“Makasih Adit udah mau jenguk aku. Aku baik baik aja kok”, Kata Nadine.
“Kamu akhirnya dapet ginjal yang sesuai dengan punya kamu”, Ujar Adit.
“Kata dokter ada yang mendonorkan ginjalnya ke aku tapi aku ga tau siapa orang itu jadi, aku ga bisa berterima kasih”, Jelas Nadine.
“Hmmm… baik banget ya orang itu”, Ujar Adit.
“semoga aja aku bisa ketemu sama orang itu”, Harap Nadine.
Malam harinya, Ibunda Nadine berbincang-bincang kepada Adit untuk berterima kasih karena ia sudah mendonorkan ginjalnya kepada Nadine dan tanpa sengaja Nadine mendengar semua pembicaraan mereka bahwa Aditlah yang mendonorkan ginjal kepada dirinya. Nadine sangat terkejut mendengar semua kenyataan tersebut dan tidak bisa menahan air matanya. Dengan tangisan Nadine menghampiri dan memeluk Adit untuk berterima kasih. Dia sangat terharu ternyata sahabat kecilnyalah yang telah mengorbankan ginjalnya demi kesembuhan dirinya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar