Rabu, 27 Maret 2013

Tulisan 3 : Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan


  Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Penyesuaian diri merupakan faktor yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Hidup manusia sejak lahir hingga meninggal tidak lain adalah penyesuaian diri, sehingga dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri dilakukan oleh manusia sepanjang hidup. Manusia memerlukan penyesuaian diri terhadap diri dan lingkungannya dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada. Penyesuaian diri (self-adjustment) adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mengatasi ketegangan, frustasi, dan konflik dengan memperhatikan norma atau tuntuan lingkungan dimana dia hidup (Alexander Schneiders. 1964 : 51). Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu : penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaption), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaption), padahal adaptasi ini umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Berikutnya ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan mengartikan penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa disana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi.

  Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya di dalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian seseorang tidak langsung terbentuk begitu saja tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan memerlukan waktu yang panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga.
Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam masyarakat yang memiliki suatu norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, missal seseorang ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga.

Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu 
Faktor genetic  

Faktor keturunan — masa konsepsi Ø 
Ø  Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
Ø  Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis  kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen
Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Ø 

Faktor eksternal / lingkungan 
Ø  Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
Ø  Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya 


Dari semua faktor-faktor  di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.

a. Aliran asosiasi
perubahan terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau empiri (kenyataan) luar, melalui panca indera yang menimbulkan sensasiton (perasaan) maupun pengalaman mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflektion.

b. Psikologi gestalt
pertumbuhan adalah proses  perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.

c. Aliran sosiologi
Pertumbuhan adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan. Pertumbuhan individu sangat penting untuk dijaga dari sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu yang baik dan berguna untuk sesamanya.

Sumber :
Schneiders, Alexander. 1964. Personal Adjustment and Mental Health. Holt, Rineharr, and Wisnton. New York

Tulisan 2 : Teori Kepribadian Sehat


    Teori Kepribadian Sehat
    A.   Kepribadian Sehat Berdasarkan Aliran Psikoanalisa
Orang yang pertama kali berusaha merumuskan psikologi manusia dengan memperhatikan struktur jiwa manusia adalah Sigmund Freud. Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia yang disebutnya id, ego dan superego.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia, atau disebut juga pusat insting (hawa nafsu). Ada dua insting dominan, yaitu :
a.    Libido : insting reproduktif untuk tujuan-tujuan konstruktif. Insting ini disebut juga insting kehidupan/eros, misalnya dorongan seksual, segala hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan pada Tuhan, dan cinta diri/narsisme.
b.    Thanatos : insting destruktif dan agresif. Isnting ini disebut juga insting kematian. Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan, ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia. Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, tetapi ia tidak mampu memuaskan keinginannya.
Ego berfungsi menjembatani tuntutan-tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realistic. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional.
Superego adalah “polisi kepribadian” yang mewakili dunia ideal. Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dan norma-norma sosial dan cultural masyarakatnya. Superego akan memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan kea lam bawah sadar. Baik id maupun superego berada dalam alam bawah sadar manusia, sedangkan ego berada di tengah, antara memenuhi desakan id dan peraturan superego. Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego), atau unsur animal, rasional, dan moral (hewani, akal dan nilai).


Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis :
1.    Menurut Freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah
2.    Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan dengan belajar
3.    Mental yang sehat adalah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4.    Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5.    Dapat menyesuaikan keadaan dengan berbagai dorongan dan keinginan.

    B.   Kepribadian Sehat Berdasarkan Aliran Behaviouristik
Behaviouristik lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak.
Behaviouristik ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behaviouristik lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia, kecuali insting, adalah hasil belajar. Pemikiran behaviourisme sebenarnya sudah dikenal sejak Aristoteles yang berpendapat bahwa, pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa sama seperti meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman.
Aliran behaviourisme mempunyai 3 ciri penting :
1.    Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2.    Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviourisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3.    Memfokuskan pada perilaku binatang. Tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
Menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi berupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut Watson yang sangat besar masukkannya untuk perkembangan behaviourisme adalah B.F Skinner. Dalam aliran ini manusia dianggap tidak memiliki sikap diri sendiri.

Kepribadian yang sehat menurut behaviouristik :
1.    Memberikan respon terhadap factor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2.    Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3.    Sangat dipengaruhi oleh factor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.    Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang objektif.

   C.   Kepribadian Sehat Berdasarkan Aliran Humanistik
Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan behaviouralisme. Dalam pandangan behaviourisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, dan tanpa nilai. Psikologi humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis neo-Freudian seperti Adler dan Jung, serta banyak mengambil pemikiran dari fenomenologi dan eksistensialisme. Menurut Alfred Schultz, tokoh fenomenologi pengalaman subjektif ini dikomunikasikan oleh faktor sosial dalam proses intersubjektivitas.
Hidup kita baru bermakna hanya apabila melibatkan nilai-nilai dan pilihan yang konstruktif secara sosial. Jadi intisari dari psikologi humanisme adalah bahwa pada keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya. Pandangan psikologi humanisme, pada intinya adalah setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi dimana dia (Sang Aku, Ku atau Diriku/ I, Me, atau Myself) menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal.


Sumber :
Siti Sundari, HS.2005.Kesehatan Mental Dalam Kehidupan.Cetakan Pertama.Jakarta : PT.Asdi Mahasatya.

Tulisan 1 : Konsep Sehat


A. Memahami Konsep Sehat
Sebagai makhluk hidup manusia memiliki kesamaan dengan makhluk hidup lainnya, yakni lahir, tumbuh, berkembang, mengalami dinamika stabil-labil, sehat-sakit, normal-abnormal, dan berakhir dengan kematian. Manusia adalah makhluk yang bisa menjadi subjek dan objek sekaligus, oleh karena itu manusia selalu tertarik untuk membicarakan, menganalisa, dan melakukan hal-hal yang diperlukan diri sendiri. Konsep Sehat, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. sehari-hari kita menggunakan istilah sehat wal afiat untuk menyebut kondisi kesehatan yang prima, tetapi jika kita merujuk kepada asal istilah itu yakni "as shihhah wa al 'afiyah" disitu ada dua dimensi pengertian. Kata 'sehat' merujuk pada fungsi, sedangkan kata 'afiat' merujuk kepada kesesuaian dengan maksud penciptaan. Kita bukan hanya mengenal kesehatan tubuh, tetapi juga ada kesehatan mental dan bahkan kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. 

Tujuan Kesehatan
Salah satu tujuan nasional kesehatan adalah untuk memajukan kesejahteraan bangsa, yakni berupa memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti, sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama. 

B. Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
            Kesehatan mental ungkapan ini diciptakan oleh W. Swester di tahun 1843 dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui “pribadi” pengalaman berkumpul oleh ahli asuransi Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang lebih manusiawi dari sakit mental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam konteks yang lebih luas melampaui domain perawatan kesehatan tidak bisa disebut hanya kejiwaan.
            Secara umum, secara historis kajian kesehatan mental terbagi dalam dua periode yaitu periode pra-ilmiah dan periode ilmiah (Langgulung,1986:23)
1.    Periode Pra-ilmiah
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini di awasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebut. Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan korban.
Perubahan sikap terhadap tradisi animism terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan naturalisme, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-orang Kristen. Seorang Dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk memecahkan problem penyakit mental.
2.    Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animism (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya mental hygiene yang berkembang menjadi suatu body of knowledge berikut gerakan-gerakan yang terorganisir. Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers.
Kedua orang tersebut banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama decade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan di bidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai “The Founder of The Mental Hygiene Movement”.
Beers meyakini bahwa penyakit atay gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Selanjutnya dia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuan (Langgulung, 1986: 23) :
1.    Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa
2.    Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa
3.    Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental
4.    Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli, seperti William James dan seorang psikiatris ternama yaitu Adolf Mayer. Karena begitu tertariknya dengan gagasan Beers, Mayer menyarankan untuk menamai gerakan tersebut dengan nama “Mental Hygiene”. Akhirnya Mayer lah yang mempopulerkan istilah “Mental Hygiene”. Satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909 didirikan National Commitye Siciety for Mental Hygiene disini Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organisasi ini bertujuan :
1.    Melindungi kesehatan mental masyarakat
2.    Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental
3.    Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang terkait dengannya
4.    Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya
5.    Mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.
Secara umum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika Presiden Amerika Serikat menandatangani “The National Mental Healt Act”. Dokumen ini merupakan blueprint yang komperehensif, yang berisi program-program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu meliputi (Kartono, 1989:29):
1.    Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, inevetigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan
2.    Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya
3.    Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental
4.    Mengembangkan dan membantu Negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Healt yang berkerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu National Committee for Mental Hygiene, National Mental Healt Foundation, dan Psychiatric Foundation.
C. Pendekatan Kesehatan Mental
·         Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik,sedangkan sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

·         Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Karena hubungannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi jiwanya saja. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Kita sering melihat seseorang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada suatu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misal, ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak.
Dengan contoh diatas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis tegas dan universal yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Maka dari itu kita tidak bisa sembarangan mengatakan bahwa orang itu ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya, kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.

·         Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah hanya akal pikiran tetapi kadang yang sangat menetukan ialah perasaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa.

Daftar Pustaka :
Siti Sundari, HS.2005.Kesehatan Mental Dalam Kehidupan.Cetakan Pertama.Jakarta : PT.Asdi Mahasatya.