Jumat, 26 April 2013

Tulisan 3 : Koping (Coping) Stress

A. Pengertian dan Jenis-jenis Koping 

1. Pengertian Koping 

Coping berasal dari katacoping yang bermakna harfiah pengatasan/penanggulangan (to cope with = mengatasi, menanggulangi). Koping adalah ciri-ciri individu dalam menghadapi situasi yang tertekan. Istilah Koping merupakan istilah khusus individu yang digunakan dalam menghadapi situasi yang tertekan atau stress. 

Koping adalah sebuah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi  terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar,2010). Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu. 

Koping dibagi menjadi 2 yaitu :

- Koping Negatif : 
Menimbulkan persoalan dikemudian hari, bahkan sangat mungkin menyebabkan gangguan pada diri individu.

- Koping Positif : Biasanya digunakan agar individu tersebut menjadi lebih dewasa, lebih matang dan lebih bahagia dalam menjalani hidupnya. 

2. Jenis- jenis Coping

a.    Emotional focus Coping
Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini melalaui perilaku individu, seperti: penggunaan alcohol, bagaimana meniadakan fakta - fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu  mengubah kondisi yang ‘stresfull’ individu akan cenderung untuk  mengatur emosinya.

b.    Problem focus Coping
Digunakan untuk mengurangi stressor, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila yakin akan dapat menubah situasi. Coping dibagi dua bagian, yaitu memfokuskan pada pemecahan masalah dan memfokuskan pada emosi.

B.   Jenis jenis coping yang konstruktif dan positif

1)   Coping yang konstruktif (adaptif)
Merupakan suatu kejadian dimana individu dapat mengatur berbagai tugas mempertahankan konsep diri, mempertahankan hubungan dengan orang lain, mempertahankan emosi dan pengaturan stres (Carpenito, 2000).

2)   Coping positif (sehat)
a.    Antisipasi
Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.

b.    Afiliasi
Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan.

c.    Altruisme
Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada kebutuhan orang lain.

d.    Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.

e.       Pengamatan diri (Self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.

sumber : 
Basuki,A.M Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002. 

Tulisan 2 : Pengertian Stress


Arti Penting Stress  

Hans Selye adalah orang yang dianggap memberikan sumbangan paling besar dalam bidang stress pada tahun 1936 dikenal dengan istilah General Adaption Syndrome (GAS). Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. pada dasarnya stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik ataupun mental. sumber stress disebut stressor dan ketegangan yang diakibatkan karena stress disebut strain. 

Stress menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stress mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. pada gejala stress, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tapi dapat juga disertai keluhan psikis. tidak semua bentuk stress mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif hal seperti itu dinamakan eustress. 

A. Efek-efek stress menurut Hans Selye

-           Local Adaptation Stres.
Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
-          Karakteristik dari LAS :

Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
Respon bersifat adaptif ; diperlukan stresor untuk menstimulasinya.
Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
Respon bersifat restorative.
Tahap peringatan (Alarm Stage)
Tahap Adaptasi atau Eustres (Adaptation Stage)
Tahap Kelelahan atau distres (Exhaution Stage)
Nyeri dada
Insomnia atau tidur masalah
Nyeri kepala Konstan
Hipertensi
Tukak

-          General Adaptation Syndrom
Selye (1983) menyatakan munculnya sindrom adaptasi umum (GAS) melalui beberapa tahap berikut :
Tahap reaksi awal tubuh dalam menghadapi berbagai stressor. Tubuh tidak dapat bertahan pada tahapan ini dalam jangka waktu lama.

Tahap dimana tubuh mulai beradaptasi dengan adanya stres dan berusaha mengatasi serta membatasi stresor. Ketidakmampuan tubuh beradaptasi mengakibatkan tubuh menjadi rentan terhadap penyakit.

Tahap dimana adaptasi tidak dapat dipertahankan karena stres yang berulang atau berkepanjangan sehingga berdampak pada seluruh tubuh

Stres dikatakan menjadi sebuah faktor penunjang untuk produksi suatu penyakit tertentu, atau mungkin menjadi penyebab respon perilaku negatif, seperti merokok, minum alkohol dan penyalahgunaan narkoba yang semuanya dapat membuat kita rentan terhadap penyakit. Hal buruk dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan tubuh kita menjadi kurang tahan terhadap sejumlah masalah kesehatan.

B. Faktor-faktor Individual dan Sosial yang menjadi penyebab Stress

a. Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).

b. Faktor Sosial
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stress. Dukungan sosial mencakup :
- Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi
- Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa
- Dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.

C. Tipe-tipe Stress

Manusia berespon terhadap stres secara keseluruhan, sehingga kita tidak dapat memisahkan secara sangat tegas bentuk-bentuk stres. Stres biologis, misalnya adanya infeksi bakteri, akan juga berpengaruh terhadap emosi kita. Bisa pula suatu stres psikologis, misalnya kegagalan kerja, sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan fisik. Meski demikian, dapat disebutkan beberapa tipe stres psikologis, yang sering terjadi bersamaan.

a. Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.

b. Konflik.
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas. Konflik mendekat-mendekat. Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton. Konflik mendekat-menjauh. Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya.

c. Frustrasi.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi.
Bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu (misal jalanan macet) kita juga dapat merasa frustrasi.
Bila kita sangat memerlukan sesuatu (misalnya lapar dan butuh makanan), dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami frustrasi.

d. Kecemasan
Kecemasan itu suatu respon atau sinyal menyadarkan seseorang tentang prasaan khawatir , gelisah , dan takut yang sedang ia rasakan. Ini timbul dari emosi seseorang karena merasa tidak nyaman, tidak aman atau merasakan ancaman dan sering kali terjadi tanpa adanya penyebab yang jelas ini karena respon terhadap situasi yang kelihatannya tidak menakutkan. 


D.  Defence Mechanisms  ( Pertahanan Diri )

Menurut Lazanus ( Santrock 2003 : 566 ) penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1. Problem- Pocused Coping ( Coping yang berfokus pada masalah ) yaitu istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stress atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya .
2. Problem- Pocused Coping ( Coping yang berfokus pada emosi ) yaitu istilah Lazarus untuk penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara emosional, terutama denngan menggunakan penilaian defensif.

Strategi penanganan stres dengan mendekat dan menghindar:
strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung
strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress

Coping strategy

koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.

Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen pokok:
1.  Peningkatan kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
2. Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
3.  Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor.
4. Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.

sumber :
Rochman, K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto. Fajar Media Press

Tulisan 1 : Teori-teori Kepribadian Sehat

   Apakah yang sering di sebut kepribadian sehat? bagaimana tingkah laku, pikiran, dan perasaan orang ini? Apakah kita termasuk berkepribadian yang sehat? inti dari pertanyaan ini adalah untuk menemukan serta merumuskan kepribadian yang lebih sehat. Fokusnya ialah kearah apa seseorang dapat menjadi, bukan kearah apa yang telah terjadi atau pada saat ini. 
   Pertanyaan-pertanyaan ini terus menerus ditanyakan bukan hanya oleh ahli-ahli psikologi tetapi juga oleh berjuta-juta orang lain. Ahli psikologi yang jumlahnya meningkat mulai mengakui kapasitas untuk bertumbuh dan berkembang dalam kepribadian manusia. Ahli-ahli psikologi pertumbuhan (kebanyakan di antara mereka memandang diri mereka sebagai ahli-ahli psikologi humanistic) telah memiliki suatu pandangan yang segar terhadap kodrat manusia. Apa yang mereka lihat adalah suatu tipe orang yang berbeda dari apa yang digambarkan oleh behaviourisme dan psikoanalisis, bentuk-bentuk psikologi tradisional.
    Bagi ahli-ahli psikologi pertumbuhan, manusia adalah individu yang dapat dan harus mampu mengatasi masa lalu, kodrat biologis dan cirri-ciri lingkungan kita. Gambaran ahli psikologi pertumbuhan tentang kodrat manusia adalah optimistis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas kita untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi diri kita, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan kita. Pendukung gerakan potensi manusia mengemukakan bahwa ada suatu tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sangat diperlukan, yang melampaui ‘normalitas’.

Teori Kepribadian Sehat menurut Allport
A. Ciri-ciri Kepribadian yang Matang
     Allport lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud, dan ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia, sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya. Pengalaman-pengalaman pribadinya ini kelak tercermin dalam pandangan-pandangan teoritisnya tentang kodrat kepribadian.
   Pandangan-pandangan pribadi dan profesional dari Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud dan gambaran kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Karena itu salah satu pendekatan yang berguna terhadap pemahaman segi pandangan psikologis Allport adalah mengemukakan tema-tema pokok dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.
    Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar – kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan tersebut.
  Menurut Allport, ada tujuh kriteria kematangan yang merupakan sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat yaitu :
1.    Perluasan Perasaan Dini
2.    Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
3.    Keamanan Emosional
4.    Persepsi Realistis
5.    Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
6.    Pemahaman Diri
7.    Filsafat Hidup yang Mempersatukan

Teori Kepribadian Sehat menurut Rogers
A. Perkembangan Kepribadian “Self”
     Dalam masa kecil, anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Dengan kata lain hal tersebut mengembangkan suatu “pengertian-diri” (self concept). Self adalah apa yang manusia rasakan di dalam dirinya. Di dalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan reality self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual. Individu yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.
Self mempunyai bermacam-macam sifat
a. self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan. 
b. self mungkin mengintergrasikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang    tidak wajar.
c. self mengejar konsistensi (keutuhan atau kesatuan, keselarasan).
d. organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self. 
e. pengalaman-pengalaman yang tidak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f. self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar. 

B. Positive Regard (Bersyarat)
      Positive Regard, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, cinta kasih dan sayang dari orang lain, kebutuhan ini disebut need for positive regard yang terbagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
    Conditional positive regard atau penghargaan positif bersyarat. Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional positive regard maka dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Syarat utama bagi timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat” (unconditional positive regard). Unconditional positive regard tidak menghendaki bahwa semua pengekangan terhadap tingkah laku tidak ada; tidak berarti seseorang diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkannya tanpa dinasehati.

Di samping ulasan-ulasan yang umum ini, Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.
1.    Keterbukaan pada Pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensive karena tak satupun yang harus dilawan karena tak satupun yang mengancam. Kepribadian fleksibel adalah tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan baru. Sebaliknya, kepribadian defensive adalah yang beroperasi menurut syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui pengalaman-pengalaman tertentu. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif. 
2.    Kehidupan Eksistensial
Orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman maka diri atau kepribadian terus-menerus dipengaruhi dan disegarkan oleh setiap pengalaman. Orang yang berfungsi sepenuhnya yang tidak memiliki diri yang berprasangka atau tegar tidak harus mengontrol atau memanipulasi pengalaman-pengalaman, sehingga dengan bebas dapat berpartisipasi didalamnya. Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang sehat.
3.    Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis, “Apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain, saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran saya”. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul seketika dan intuitif.
4.    Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas serupa itu. Orang ini dapat memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
5.    Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang-orang yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang percaya akan organism mereka sendiri, yang fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka ialah orang-orang sebagaimana dikemukakan Rogers yang akan mengungkapkan diri mereka dalam produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang kehidupan mereka. Rogers percaya bahwa orang-orang yang memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. 

Teori Kepribadian Sehat Menurut Maslow
            Tujuan yang menantang dari Maslow ialah mempelajari banyak potensi yang kita miliki untuk perkembangan dan pengungkapan manusia yang penuh. Dia percaya bahwa untuk menyelidiki kesehatan psikologis, satu-satunya tipe orang yang dipelajari ialah orang yang sangat sehat. Maslow mengungkapkan apabila kita mempelajari hanya orang-orang timpang, tidak matang, dan tidak sehat maka kita akan melihat hanya sisi yang sakit dari kodrat manusia, orang-orang dalam keadaan yang paling  buruk dan bukan keadaan yang paling baik. Karena itu, Maslow mengemukakan bahwa kita harus mempelajari contoh-contoh yang paling baik, paling sehat, dan paling matang dari spesies manusia. Maslow mencirikan kepribadian yang sehat meliputi:  Menerima realitas secara tepat, Menerima diri dan orang lain apa adanya, Bertidak secara spontan dan alamiah, tidak dibuat-buat, Memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan, Memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain.
            Maslow membicarakan sejumlah sifat khusus yang menggambarkan pengaktualisasi-pengaktualisasi diri.
   1. Mengamati Realitas Secara Efisien
         Orang-orang yang sangat sehat mengamati objek-objek dan orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif (Maslow menyebut persepsi objektif ini: being atau B-cognition). Sebagai bagian dari persepsi objektif ini, Maslow berpendapat bahwa pengaktualisasi-pengaktualisasi diri adalah hakim-hakim yang teliti terhadap orang-orang lain, mampu menemukan dengan cepat penipuan atau ketidakjujuran. 

          2. Penerimaan Umum atas Kodrat, Orang-orang Lain dan Diri Sendiri
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri mereka, kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atau kesusahan. Pribadi demikian melihat hidup apa adanya dan bukan berdasarkan keinginan mereka. Mereka lebih obyektif dan tidak emosional. Orang yang teraktualisasi diri tidak akan membiarkan harapan-harapan dan hasrat-hasrat pribadi menyesatkan pengamatan mereka. Sebaliknya kebanyakan orang lain mungkin hanya mau mendengarkan apa yang ingin mereka dengar dari orang lain sekalipun menyangkut hal yang tidak benar dan jujur.

3. Spontanitas, Kesederhanaan, Kewajaran
Dalam semua segi kehidupan, pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Akan tetapi pengaktualisasi-pengaktualisasi diri juga bijaksana dan penuh perhatian terhadap orang-orang lain. Mereka amat konsisten dan menaruh perhatian pada pertanyaan dan tantangan dari luar diri, memiliki misi atau tujuan yang jelas sehingga menghasilkan integritas, ketidakpicikan, dan tekun introspeksi. Mereka mempunyai komitmen yang jelas pada tugas yang harus mereka kerjakan dan mampu melupakan diri sendiri, dalam arti mampu membaktikan diri pada pekerjaan, tugas, atau panggilan yang mereka anggap penting.

4. Fokus pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri yang dipelajari Maslow, melibatkan diri pada pekerjaan. Begitu kuatnya Maslow merasakan sifat ini sehingga ia menyimpulkan bahwa tidak mungkin menjadi orang yang mengaktualisasikan diri tanpa perasaan dedikasi ini.orang-orang yang mengaktualisasikan diri mencintai pekerjaan mereka dan berpendapat bahwa pekerjaan itu tentu saja cocok untuk mereka.  

5. Kebutuhan akan Privasi dan Independensi
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Tingkah laku dan perasaan mereka sangat egosentris dan terarah kepada diri mereka sendiri. Ini berarti bahwa mereka memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai keputusan, dan melaksanakan dorongan dan disiplin mereka sendiri. Karena pengaktualisasi-pengaktualisasi diri tidak tergantung atau melekat pada orang-orang lain dan lebih suka akan privasi dan kesunyian, maka mereka kadang-kadang mengalami kesulitan-kesulitan sosial.

6.  Berfungsi sebagai Otonom
Mereka sangat mandiri dan otonom, namun sekaligus menyukai orang lain. Mereka punya keinginan yang sehat akan keleluasaan pribadi yang berbeda dari kebebasan neurotik (yang serba rahasia dan penuh rasa takut). Terkadang mereka terlihat sangat otonom, karena mereka menggantungkan diri sepenuhnya pada kapasitas sendiri. Inilah paradoksnya: mereka adalah orang yang paling individualis sekaligus sosial dalam masyarakat. Bila mereka menaati suatu aturan atau perintah, hal itu didasarkan pada pemahaman akan manfaat yang dapat dicapai dari pemenuhan aturan yang bersangkutan, dan bukan karena ikut-ikutan.

7. Apresiasi yang Senantiasa Segar
  Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu bagaimanapun seringnya pengalaman-pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona, dan kagum. Maslow mengemukakan bahwa tidak seorang pun dari orang-orangnya yang mengaktualisasikan diri mempunyai perasaan sama tentang pergi ke pesta atau ke night club atau menghasilkan banyak uang.

      8.  Pengalaman-pengalaman Puncak
Ada kalanya mereka mengalami apa yang disebut “pengalaman puncak” (peak experience); saat-saat ketika mereka merasa berada dalam keadaan terbaik, saat diliputi perasaan khidmat, kebahagiaan dan kegembiraan yang mendalam atau ekstase. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi secara luar biasa. Kadang-kadang kemampuan ini membuat mereka seolah linglung. Tidak jarang mereka mengalami flowdalam kegiatan yang mereka lakukan.

9.   Minat Sosial
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri memiliki perasaan empati dan afeksi yang kuat dan dalam terhadap sesame manusia, juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan.

10.  Hubungan Antarpribadi
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri mampu mengadakan hubungan yang lebih kuat dengan orang-orang lain daripada orang-orang yang memiliki kesehatan jiwa yang biasa. Mereka mampu memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lebih dalam,dan identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain.

Hirarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai berikut:
1. kebutuhan fisiologis : kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya. 

2. Kebutuhan akan rasa aman : mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional


3. Kebutuhan sosial : mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan


4. Kebutuhan akan penghargaan : mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian


5. Kebutuhan akan aktualisasi diri : mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. 



Teori Kepribadian Sehat menurut Erich Fromm
            Fromm memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang demikian mencintai sepenuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dengan dan berakar di dunia, subjek atau pelaku dari diri dan nasib, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.

Ciri – ciri kepribadian sehat :

- Cinta yang produktif
Cinta yang produktif menyangkut empat sifat yang menantang perhatian, tanggung jawab, respek dan pengetahuan. Mencintai orang-orang lain berarti memperhatikan (dalam pengertian memelihara mereka), sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, dan membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka.

- Pikiran yang produktif
Pikiran yang produktif meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya. Fromm percaya bahwa semua penemuan dan wawasan yang hebat melibatkan pikiran objektif, dimana pemikir-pemikir didorong oleh ketelitian, dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh masalah.

- Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan prestasi kita yang paling hebat.

-  Suara hati

sumber : 


Feist, J. & Feist, G. J. (2008). Theories of Personality, Edisi keenam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan : Model-Model Kepribadian Sehat. Kanisius. Yogyakarta