Rabu, 27 Maret 2013

Tulisan 1 : Konsep Sehat


A. Memahami Konsep Sehat
Sebagai makhluk hidup manusia memiliki kesamaan dengan makhluk hidup lainnya, yakni lahir, tumbuh, berkembang, mengalami dinamika stabil-labil, sehat-sakit, normal-abnormal, dan berakhir dengan kematian. Manusia adalah makhluk yang bisa menjadi subjek dan objek sekaligus, oleh karena itu manusia selalu tertarik untuk membicarakan, menganalisa, dan melakukan hal-hal yang diperlukan diri sendiri. Konsep Sehat, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. sehari-hari kita menggunakan istilah sehat wal afiat untuk menyebut kondisi kesehatan yang prima, tetapi jika kita merujuk kepada asal istilah itu yakni "as shihhah wa al 'afiyah" disitu ada dua dimensi pengertian. Kata 'sehat' merujuk pada fungsi, sedangkan kata 'afiat' merujuk kepada kesesuaian dengan maksud penciptaan. Kita bukan hanya mengenal kesehatan tubuh, tetapi juga ada kesehatan mental dan bahkan kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. 

Tujuan Kesehatan
Salah satu tujuan nasional kesehatan adalah untuk memajukan kesejahteraan bangsa, yakni berupa memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti, sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama. 

B. Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
            Kesehatan mental ungkapan ini diciptakan oleh W. Swester di tahun 1843 dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui “pribadi” pengalaman berkumpul oleh ahli asuransi Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang lebih manusiawi dari sakit mental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam konteks yang lebih luas melampaui domain perawatan kesehatan tidak bisa disebut hanya kejiwaan.
            Secara umum, secara historis kajian kesehatan mental terbagi dalam dua periode yaitu periode pra-ilmiah dan periode ilmiah (Langgulung,1986:23)
1.    Periode Pra-ilmiah
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini di awasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebut. Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan korban.
Perubahan sikap terhadap tradisi animism terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan naturalisme, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-orang Kristen. Seorang Dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk memecahkan problem penyakit mental.
2.    Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animism (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya mental hygiene yang berkembang menjadi suatu body of knowledge berikut gerakan-gerakan yang terorganisir. Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers.
Kedua orang tersebut banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama decade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan di bidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai “The Founder of The Mental Hygiene Movement”.
Beers meyakini bahwa penyakit atay gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Selanjutnya dia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuan (Langgulung, 1986: 23) :
1.    Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa
2.    Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa
3.    Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental
4.    Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli, seperti William James dan seorang psikiatris ternama yaitu Adolf Mayer. Karena begitu tertariknya dengan gagasan Beers, Mayer menyarankan untuk menamai gerakan tersebut dengan nama “Mental Hygiene”. Akhirnya Mayer lah yang mempopulerkan istilah “Mental Hygiene”. Satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909 didirikan National Commitye Siciety for Mental Hygiene disini Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organisasi ini bertujuan :
1.    Melindungi kesehatan mental masyarakat
2.    Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental
3.    Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang terkait dengannya
4.    Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya
5.    Mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.
Secara umum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika Presiden Amerika Serikat menandatangani “The National Mental Healt Act”. Dokumen ini merupakan blueprint yang komperehensif, yang berisi program-program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu meliputi (Kartono, 1989:29):
1.    Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, inevetigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan
2.    Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya
3.    Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental
4.    Mengembangkan dan membantu Negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Healt yang berkerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu National Committee for Mental Hygiene, National Mental Healt Foundation, dan Psychiatric Foundation.
C. Pendekatan Kesehatan Mental
·         Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik,sedangkan sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

·         Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Karena hubungannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi jiwanya saja. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Kita sering melihat seseorang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada suatu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misal, ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak.
Dengan contoh diatas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis tegas dan universal yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Maka dari itu kita tidak bisa sembarangan mengatakan bahwa orang itu ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya, kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.

·         Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah hanya akal pikiran tetapi kadang yang sangat menetukan ialah perasaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa.

Daftar Pustaka :
Siti Sundari, HS.2005.Kesehatan Mental Dalam Kehidupan.Cetakan Pertama.Jakarta : PT.Asdi Mahasatya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar