A. Memahami Konsep Sehat
Sebagai makhluk hidup
manusia memiliki kesamaan dengan makhluk hidup lainnya, yakni lahir, tumbuh,
berkembang, mengalami dinamika stabil-labil, sehat-sakit, normal-abnormal, dan
berakhir dengan kematian. Manusia adalah makhluk yang bisa menjadi subjek dan
objek sekaligus, oleh karena itu manusia selalu tertarik untuk membicarakan,
menganalisa, dan melakukan hal-hal yang diperlukan diri sendiri. Konsep Sehat,
sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. sehari-hari kita
menggunakan istilah sehat wal
afiat untuk menyebut kondisi
kesehatan yang prima, tetapi jika kita merujuk kepada asal istilah itu yakni
"as shihhah wa al 'afiyah" disitu ada dua dimensi pengertian.
Kata 'sehat' merujuk pada fungsi, sedangkan kata 'afiat' merujuk kepada
kesesuaian dengan maksud penciptaan. Kita bukan hanya mengenal kesehatan tubuh,
tetapi juga ada kesehatan mental dan bahkan kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat.
Tujuan Kesehatan
Salah satu tujuan nasional
kesehatan adalah untuk memajukan kesejahteraan bangsa, yakni berupa memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti, sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan,
dan lain-lain. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat
kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia,
pemerintah dan swasta bersama-sama.
B. Sejarah Perkembangan
Kesehatan Mental
Kesehatan mental ungkapan ini diciptakan oleh W. Swester
di tahun 1843 dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui “pribadi”
pengalaman berkumpul oleh ahli asuransi Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk
memastikan perawatan yang lebih manusiawi dari sakit mental, cara bagaimana
tujuannya ini dilakukan dalam konteks yang lebih luas melampaui domain
perawatan kesehatan tidak bisa disebut hanya kejiwaan.
Secara umum, secara historis kajian kesehatan mental
terbagi dalam dua periode yaitu periode pra-ilmiah dan periode ilmiah
(Langgulung,1986:23)
1. Periode
Pra-ilmiah
Sejak
zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep
primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini di awasi atau dikuasai oleh
roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitif percaya bahwa angin bertiup, ombak
mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal
dalam benda-benda tersebut. Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi
karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya,
maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan korban.
Perubahan
sikap terhadap tradisi animism terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan
pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan
menggunakan pendekatan naturalisme, suatu aliran yang berpendapat bahwa
gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Dalam perkembangan
selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi di kalangan
orang-orang Kristen. Seorang Dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826)
menggunakan filsafat politik dan sosial untuk memecahkan problem penyakit
mental.
2. Era
Ilmiah (Modern)
Perubahan
yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari
animism (irrasional) dan tradisional
ke sikap dan cara yang rasional
(ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi
abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783.
Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada
lahirnya mental hygiene yang
berkembang menjadi suatu body of
knowledge berikut gerakan-gerakan yang terorganisir. Perkembangan kesehatan
mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, dalam hal
ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford
Whittingham Beers.
Kedua
orang tersebut banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan
mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Pada tahun 1909,
gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama decade 1900-1909
beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social
Hygiene Association (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan-gerakan di bidang kesehatan mental ini tidak lepas dari
jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya
itulah, dia dinobatkan sebagai “The
Founder of The Mental Hygiene Movement”.
Beers
meyakini bahwa penyakit atay gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan.
Selanjutnya dia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuan
(Langgulung, 1986: 23) :
1. Mereformasi
program perawatan dan pengobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa
2. Melakukan
penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap
yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa
3. Mendorong
dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan
mental
4. Mengembangkan
praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Program
Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama
kalangan para ahli, seperti William James dan seorang psikiatris ternama yaitu
Adolf Mayer. Karena begitu tertariknya dengan gagasan Beers, Mayer menyarankan
untuk menamai gerakan tersebut dengan nama “Mental
Hygiene”. Akhirnya Mayer lah yang mempopulerkan istilah “Mental Hygiene”. Satu tahun kemudian,
tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909 didirikan National Commitye Siciety for
Mental Hygiene disini Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organisasi ini
bertujuan :
1. Melindungi
kesehatan mental masyarakat
2. Menyusun
standar perawatan para pengidap gangguan mental
3. Meningkatkan
studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang
terkait dengannya
4. Menyebarkan
pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya
5. Mengkoordinasikan
lembaga-lembaga perawatan yang ada.
Secara
umum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3
Juli 1946, yaitu ketika Presiden Amerika Serikat menandatangani “The National Mental Healt Act”. Dokumen
ini merupakan blueprint yang
komperehensif, yang berisi program-program jangka panjang yang diarahkan untuk
meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Beberapa tujuan yang
terkandung dalam dokumen tersebut itu meliputi (Kartono, 1989:29):
1. Meningkatkan
kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian,
inevetigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan
2. Membantu
lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan
meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan
mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya
3. Memberikan
latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental
4. Mengembangkan
dan membantu Negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan
pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada
tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya
National Association for Mental Healt yang berkerjasama dengan tiga organisasi
swadaya masyarakat lainnya, yaitu National Committee for Mental Hygiene, National
Mental Healt Foundation, dan Psychiatric Foundation.
C.
Pendekatan Kesehatan Mental
·
Orientasi Klasik
Orientasi
klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan
sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat
adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya.
Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik,sedangkan sehat mental artinya
tidak ada keluhan mental. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang
memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu
dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang
secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri
terhadap lingkungan.
·
Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan
menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Karena hubungannya
dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak
dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi jiwanya
saja. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan
lingkungannya. Kita sering melihat seseorang menampilkan perilaku yang diterima
oleh lingkungan pada suatu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan
dengan norma lingkungan di waktu lain. Misal, ia melakukan agresi yang
berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak
tapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak.
Dengan
contoh diatas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis tegas dan universal yang
membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Maka dari itu kita tidak
bisa sembarangan mengatakan bahwa orang itu ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat
mental’. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat
yang berbeda. Artinya, kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya
seseorang. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu
dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan
derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga
berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
·
Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang
dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk
mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang
lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi yang menjadi pengendali utama
dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah hanya akal pikiran
tetapi kadang yang sangat menetukan ialah perasaan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan
mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta
memajukan jiwa.
Daftar Pustaka :
Siti Sundari, HS.2005.Kesehatan Mental Dalam Kehidupan.Cetakan
Pertama.Jakarta : PT.Asdi Mahasatya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar