Arti Penting Stress
Hans Selye adalah orang yang
dianggap memberikan sumbangan paling besar dalam bidang stress pada tahun 1936
dikenal dengan istilah General Adaption Syndrome (GAS). Stress adalah bentuk
ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini
mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat
produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. pada dasarnya
stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik ataupun mental. sumber
stress disebut stressor dan ketegangan yang diakibatkan karena stress disebut
strain.
Stress menurut Hans Selye
dalam buku Hawari (2001) adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stress
mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan
tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut
mengalami distres. pada gejala stress, gejala yang dikeluhkan penderita
didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tapi dapat juga disertai
keluhan psikis. tidak semua bentuk stress mempunyai konotasi negatif, cukup banyak
yang bersifat positif hal seperti itu dinamakan eustress.
A. Efek-efek stress menurut
Hans Selye
-
Local Adaptation Stres.
Tubuh menghasilkan banyak
respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah
dan penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
-
Karakteristik dari LAS :
Respon yang terjadi hanya
setempat dan tidak melibatkan semua system.
Respon bersifat adaptif ;
diperlukan stresor untuk menstimulasinya.
Respon bersifat jangka
pendek dan tidak terus menerus.
Respon bersifat restorative.
Tahap peringatan (Alarm
Stage)
Tahap Adaptasi atau Eustres
(Adaptation Stage)
Tahap Kelelahan atau
distres (Exhaution Stage)
Nyeri dada
Insomnia atau tidur masalah
Nyeri kepala Konstan
Hipertensi
Tukak
-
General Adaptation Syndrom
Selye (1983) menyatakan
munculnya sindrom adaptasi umum (GAS) melalui beberapa tahap berikut :
Tahap reaksi awal tubuh
dalam menghadapi berbagai stressor. Tubuh tidak dapat bertahan pada tahapan ini
dalam jangka waktu lama.
Tahap dimana tubuh mulai
beradaptasi dengan adanya stres dan berusaha mengatasi serta membatasi stresor.
Ketidakmampuan tubuh beradaptasi mengakibatkan tubuh menjadi rentan terhadap
penyakit.
Tahap dimana adaptasi tidak
dapat dipertahankan karena stres yang berulang atau berkepanjangan sehingga
berdampak pada seluruh tubuh
Stres dikatakan menjadi
sebuah faktor penunjang untuk produksi suatu penyakit tertentu, atau mungkin
menjadi penyebab respon perilaku negatif, seperti merokok, minum alkohol dan
penyalahgunaan narkoba yang semuanya dapat membuat kita rentan terhadap
penyakit. Hal buruk dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga
menyebabkan tubuh kita menjadi kurang tahan terhadap sejumlah masalah
kesehatan.
B. Faktor-faktor Individual
dan Sosial yang menjadi penyebab Stress
a. Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai
stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang
akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya
(duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).
b. Faktor Sosial
Selain peristiwa penting,
ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa,
seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi
seseorang dalam menghadapi stress. Dukungan sosial mencakup :
- Dukungan emosional,
seperti rasa dikasihi
- Dukungan nyata, seperti
bantuan atau jasa
- Dukungan informasi,
misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
C. Tipe-tipe Stress
Manusia berespon terhadap
stres secara keseluruhan, sehingga kita tidak dapat memisahkan secara sangat
tegas bentuk-bentuk stres. Stres biologis, misalnya adanya infeksi bakteri,
akan juga berpengaruh terhadap emosi kita. Bisa pula suatu stres psikologis, misalnya
kegagalan kerja, sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan fisik. Meski
demikian, dapat disebutkan beberapa tipe stres psikologis, yang sering terjadi
bersamaan.
a. Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri,
atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan
oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
b. Konflik.
Konflik terjadi ketika
kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih
kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Konflik menjauh-menjauh:
individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya
seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai
buruk, apalagi sampai tidak naik kelas. Konflik mendekat-mendekat.
Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada
suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga
ada film sangat menarik untuk ditonton. Konflik mendekat-menjauh.
Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus
ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling
sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit
diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera
memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat
belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk
kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu,
kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain
sebagainya.
c. Frustrasi.
Frustrasi
terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
Bila kita telah berjuang
keras dan gagal, kita mengalami frustrasi.
Bila kita dalam keadaan
terdesak dan terburu-buru, kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu (misal
jalanan macet) kita juga dapat merasa frustrasi.
Bila kita sangat memerlukan
sesuatu (misalnya lapar dan butuh makanan), dan sesuatu itu tidak dapat
diperoleh, kita juga mengalami frustrasi.
d. Kecemasan
Kecemasan itu suatu respon
atau sinyal menyadarkan seseorang tentang prasaan khawatir , gelisah , dan
takut yang sedang ia rasakan. Ini timbul dari emosi seseorang karena merasa
tidak nyaman, tidak aman atau merasakan ancaman dan sering kali terjadi tanpa adanya
penyebab yang jelas ini karena respon terhadap situasi yang kelihatannya tidak
menakutkan.
D. Defence
Mechanisms ( Pertahanan Diri )
Menurut Lazanus ( Santrock
2003 : 566 ) penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1. Problem- Pocused Coping (
Coping yang berfokus pada masalah ) yaitu istilah Lazarus untuk strategi
kognitif untuk penanganan stress atau coping yang digunakan oleh individu yang
menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya .
2. Problem- Pocused Coping (
Coping yang berfokus pada emosi ) yaitu istilah Lazarus untuk penanganan stress
dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara
emosional, terutama denngan menggunakan penilaian defensif.
Strategi penanganan stres
dengan mendekat dan menghindar:
strategi mendekati (approach
strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha
untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres
tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung
strategi menghindar
(avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau
meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku,
untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress
Coping strategy
koping yang digunakan
individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang
dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa
relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok
dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak
akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan
menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.
Strategi koping yang
berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen pokok:
1. Peningkatan
kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang
melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
2. Pengolahan
informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman
yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan
pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
3. Pengubahan
perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang
dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor.
4. Resolusi damai:
suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.
sumber :
Rochman, K.L. 2010.
Kesehatan Mental. Purwokerto. Fajar Media Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar