Apakah yang sering di sebut kepribadian sehat? bagaimana tingkah laku, pikiran, dan perasaan orang ini? Apakah kita termasuk berkepribadian yang sehat? inti dari pertanyaan ini adalah untuk menemukan serta merumuskan kepribadian yang lebih sehat. Fokusnya ialah kearah apa seseorang dapat menjadi, bukan kearah apa yang telah terjadi atau pada saat ini.
Pertanyaan-pertanyaan ini terus menerus ditanyakan bukan
hanya oleh ahli-ahli psikologi tetapi juga oleh berjuta-juta orang lain. Ahli
psikologi yang jumlahnya meningkat mulai mengakui kapasitas untuk bertumbuh dan
berkembang dalam kepribadian manusia. Ahli-ahli psikologi pertumbuhan
(kebanyakan di antara mereka memandang diri mereka sebagai ahli-ahli psikologi
humanistic) telah memiliki suatu pandangan yang segar terhadap kodrat manusia.
Apa yang mereka lihat adalah suatu tipe orang yang berbeda dari apa yang digambarkan
oleh behaviourisme dan psikoanalisis, bentuk-bentuk psikologi tradisional.
Bagi ahli-ahli psikologi pertumbuhan, manusia adalah
individu yang dapat dan harus mampu mengatasi masa lalu, kodrat biologis dan
cirri-ciri lingkungan kita. Gambaran ahli psikologi pertumbuhan tentang kodrat
manusia adalah optimistis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas
kita untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi diri kita, untuk
menjadi semuanya menurut kemampuan kita. Pendukung gerakan potensi manusia
mengemukakan bahwa ada suatu tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
diperlukan, yang melampaui ‘normalitas’.
Teori
Kepribadian Sehat menurut Allport
A. Ciri-ciri Kepribadian yang Matang
Allport
lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud, dan ia memperlihatkan
suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia, sifat-sifatnya yang tampaknya
bersumber pada masa kanak-kanaknya. Pengalaman-pengalaman pribadinya ini kelak
tercermin dalam pandangan-pandangan teoritisnya tentang kodrat kepribadian.
Pandangan-pandangan pribadi dan
profesional dari Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud dan gambaran
kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan, dan
menyanjung-nyanjung. Karena itu salah satu pendekatan yang berguna terhadap
pemahaman segi pandangan psikologis Allport adalah mengemukakan tema-tema pokok
dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu
berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.
Allport tidak percaya bahwa
orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan
tak sadar – kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Allport
percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang
penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi
individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar,
menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan
dapat mengontrol kekuatan tersebut.
Menurut Allport, ada tujuh kriteria
kematangan yang merupakan sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat yaitu :
1. Perluasan
Perasaan Dini
2. Hubungan
Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
3. Keamanan
Emosional
4. Persepsi
Realistis
5. Keterampilan-keterampilan
dan Tugas-tugas
6. Pemahaman
Diri
7. Filsafat
Hidup yang Mempersatukan
Teori
Kepribadian Sehat menurut Rogers
A. Perkembangan Kepribadian “Self”
Dalam
masa kecil, anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya
dari semua yang lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan
bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Dengan kata lain hal
tersebut mengembangkan suatu “pengertian-diri” (self concept). Self adalah apa yang manusia rasakan di dalam
dirinya. Di dalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan reality self.
Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, reality self adalah kenyataan
yang ada pada diri individual. Individu yang sehat adalah individu yang jarak
reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.
Self
mempunyai bermacam-macam sifat
a. self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
b. self mungkin mengintergrasikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
c. self mengejar konsistensi (keutuhan atau kesatuan, keselarasan).
d. organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
e. pengalaman-pengalaman yang tidak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f. self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
a. self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
b. self mungkin mengintergrasikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
c. self mengejar konsistensi (keutuhan atau kesatuan, keselarasan).
d. organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
e. pengalaman-pengalaman yang tidak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f. self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
B.
Positive Regard (Bersyarat)
Positive Regard, suatu kebutuhan yang memaksa dan
merembes, dimiliki semua manusia. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan
kehangatan, penghargaan, penerimaan, cinta kasih dan sayang dari orang lain,
kebutuhan ini disebut need for positive regard yang terbagi menjadi 2 yaitu
conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak
bersyarat).
Conditional positive regard atau penghargaan positif
bersyarat. Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap
tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional positive
regard maka dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Syarat utama bagi
timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa
syarat” (unconditional positive regard).
Unconditional positive regard tidak
menghendaki bahwa semua pengekangan terhadap tingkah laku tidak ada; tidak
berarti seseorang diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkannya tanpa
dinasehati.
Di
samping ulasan-ulasan yang umum ini, Rogers memberikan lima sifat orang yang
berfungsi sepenuhnya.
1. Keterbukaan
pada Pengalaman
Keterbukaan
pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensive karena tak satupun yang harus
dilawan karena tak satupun yang mengancam. Kepribadian fleksibel adalah tidak
hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi
juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan
ungkapan baru. Sebaliknya, kepribadian defensive adalah yang beroperasi menurut
syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang
peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui
pengalaman-pengalaman tertentu. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan
lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang
bersifat positif dan negatif.
2. Kehidupan
Eksistensial
Orang
yang sehat terbuka kepada semua pengalaman maka diri atau kepribadian terus-menerus
dipengaruhi dan disegarkan oleh setiap pengalaman. Orang yang berfungsi
sepenuhnya yang tidak memiliki diri yang berprasangka atau tegar tidak harus
mengontrol atau memanipulasi pengalaman-pengalaman, sehingga dengan bebas dapat
berpartisipasi didalamnya. Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan
eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang
sehat.
3. Kepercayaan
Terhadap Organisme Orang Sendiri
Prinsip
ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers
sendiri. Dia menulis, “Apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau
perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain, saya
telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi
lebih dapat dipercaya daripada pikiran saya”. Orang yang berfungsi sepenuhnya
dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul seketika dan intuitif.
4. Perasaan
Bebas
Rogers
percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia
mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih
dengan bebas tanpa paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif
pikiran dan tindakan. Orang yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan
bebas serupa itu. Orang ini dapat memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara
tertentu, namun tidak dapat mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku
yang aktual.
5. Kreativitas
Semua
orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang-orang yang terbuka
sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang percaya akan organism mereka sendiri,
yang fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka ialah orang-orang
sebagaimana dikemukakan Rogers yang akan mengungkapkan diri mereka dalam
produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang
kehidupan mereka. Rogers percaya bahwa orang-orang yang memiliki kreativitas
dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-perubahan yang drastis dalam
kondisi-kondisi lingkungan.
Teori
Kepribadian Sehat Menurut Maslow
Tujuan yang menantang dari Maslow ialah mempelajari
banyak potensi yang kita miliki untuk perkembangan dan pengungkapan manusia
yang penuh. Dia percaya bahwa untuk menyelidiki kesehatan psikologis, satu-satunya
tipe orang yang dipelajari ialah orang yang sangat sehat. Maslow mengungkapkan
apabila kita mempelajari hanya orang-orang timpang, tidak matang, dan tidak
sehat maka kita akan melihat hanya sisi yang sakit dari kodrat manusia,
orang-orang dalam keadaan yang paling buruk dan bukan keadaan yang paling baik. Karena
itu, Maslow mengemukakan bahwa kita harus mempelajari contoh-contoh yang paling
baik, paling sehat, dan paling matang dari spesies manusia. Maslow mencirikan
kepribadian yang sehat meliputi: Menerima realitas secara tepat, Menerima
diri dan orang lain apa adanya, Bertidak secara spontan dan alamiah, tidak
dibuat-buat, Memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan, Memiliki
kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain.
Maslow membicarakan sejumlah sifat khusus yang
menggambarkan pengaktualisasi-pengaktualisasi diri.
1. Mengamati Realitas Secara Efisien
Orang-orang
yang sangat sehat mengamati objek-objek dan orang-orang di dunia sekitarnya
secara objektif (Maslow menyebut persepsi objektif ini: being atau B-cognition). Sebagai
bagian dari persepsi objektif ini, Maslow berpendapat bahwa
pengaktualisasi-pengaktualisasi diri adalah hakim-hakim yang teliti terhadap
orang-orang lain, mampu menemukan dengan cepat penipuan atau ketidakjujuran.
2. Penerimaan Umum atas Kodrat, Orang-orang Lain
dan Diri Sendiri
Orang-orang
yang mengaktualisasikan diri menerima diri mereka, kelemahan-kelemahan dan
kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atau kesusahan. Pribadi
demikian melihat hidup apa adanya dan bukan berdasarkan keinginan mereka.
Mereka lebih obyektif dan tidak emosional. Orang yang teraktualisasi diri tidak
akan membiarkan harapan-harapan dan hasrat-hasrat pribadi menyesatkan
pengamatan mereka. Sebaliknya kebanyakan orang lain mungkin hanya mau
mendengarkan apa yang ingin mereka dengar dari orang lain sekalipun menyangkut
hal yang tidak benar dan jujur.
3. Spontanitas,
Kesederhanaan, Kewajaran
Dalam semua segi kehidupan,
pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bertingkah laku secara terbuka dan
langsung tanpa berpura-pura. Akan tetapi pengaktualisasi-pengaktualisasi diri
juga bijaksana dan penuh perhatian terhadap orang-orang lain. Mereka amat
konsisten dan menaruh perhatian pada pertanyaan dan tantangan dari luar diri,
memiliki misi atau tujuan yang jelas sehingga menghasilkan integritas,
ketidakpicikan, dan tekun introspeksi. Mereka mempunyai komitmen yang jelas
pada tugas yang harus mereka kerjakan dan mampu melupakan diri sendiri, dalam
arti mampu membaktikan diri pada pekerjaan, tugas, atau panggilan yang mereka
anggap penting.
4. Fokus
pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
Orang-orang yang mengaktualisasikan
diri yang dipelajari Maslow, melibatkan diri pada pekerjaan. Begitu kuatnya
Maslow merasakan sifat ini sehingga ia menyimpulkan bahwa tidak mungkin menjadi
orang yang mengaktualisasikan diri tanpa perasaan dedikasi ini.orang-orang yang
mengaktualisasikan diri mencintai pekerjaan mereka dan berpendapat bahwa
pekerjaan itu tentu saja cocok untuk mereka.
5. Kebutuhan
akan Privasi dan Independensi
Orang-orang yang mengaktualisasikan
diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Tingkah laku
dan perasaan mereka sangat egosentris dan terarah kepada diri mereka sendiri. Ini
berarti bahwa mereka memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai
keputusan, dan melaksanakan dorongan dan disiplin mereka sendiri. Karena pengaktualisasi-pengaktualisasi
diri tidak tergantung atau melekat pada orang-orang lain dan lebih suka akan
privasi dan kesunyian, maka mereka kadang-kadang mengalami kesulitan-kesulitan
sosial.
6. Berfungsi
sebagai Otonom
Mereka sangat mandiri dan otonom,
namun sekaligus menyukai orang lain. Mereka punya keinginan yang sehat akan
keleluasaan pribadi yang berbeda dari kebebasan neurotik (yang serba rahasia
dan penuh rasa takut). Terkadang mereka terlihat sangat otonom, karena mereka
menggantungkan diri sepenuhnya pada kapasitas sendiri. Inilah paradoksnya:
mereka adalah orang yang paling individualis sekaligus sosial dalam masyarakat.
Bila mereka menaati suatu aturan atau perintah, hal itu didasarkan pada
pemahaman akan manfaat yang dapat dicapai dari pemenuhan aturan yang
bersangkutan, dan bukan karena ikut-ikutan.
7. Apresiasi
yang Senantiasa Segar
Pengaktualisasi-pengaktualisasi
diri senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu bagaimanapun
seringnya pengalaman-pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan
yang segar, perasaan terpesona, dan kagum. Maslow mengemukakan bahwa tidak
seorang pun dari orang-orangnya yang mengaktualisasikan diri mempunyai perasaan
sama tentang pergi ke pesta atau ke night club atau menghasilkan banyak uang.
8. Pengalaman-pengalaman
Puncak
Ada kalanya mereka mengalami apa
yang disebut “pengalaman puncak” (peak experience); saat-saat ketika
mereka merasa berada dalam keadaan terbaik, saat diliputi perasaan khidmat,
kebahagiaan dan kegembiraan yang mendalam atau ekstase. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi secara luar biasa. Kadang-kadang
kemampuan ini membuat mereka seolah linglung. Tidak jarang mereka
mengalami flowdalam kegiatan yang mereka lakukan.
9. Minat
Sosial
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri
memiliki perasaan empati dan afeksi yang kuat dan dalam terhadap sesame manusia,
juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan.
10. Hubungan Antarpribadi
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri
mampu mengadakan hubungan yang lebih kuat dengan orang-orang lain daripada
orang-orang yang memiliki kesehatan jiwa yang biasa. Mereka mampu memiliki
cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lebih dalam,dan identifikasi yang
lebih sempurna dengan individu-individu lain.
Hirarki
Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang
bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki
kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu
tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat
motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi
kebutuhan tingkat berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi
sebagai berikut:
1. kebutuhan fisiologis : kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya.
2. Kebutuhan akan rasa aman : mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional
3. Kebutuhan sosial : mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan
4. Kebutuhan akan penghargaan : mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri : mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
1. kebutuhan fisiologis : kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya.
2. Kebutuhan akan rasa aman : mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional
3. Kebutuhan sosial : mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan
4. Kebutuhan akan penghargaan : mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri : mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
Teori
Kepribadian Sehat menurut Erich Fromm
Fromm memberikan suatu gambaran
jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang demikian mencintai sepenuhnya,
kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati
dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat,
berhubungan dengan dan berakar di dunia, subjek atau pelaku dari diri dan
nasib, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Ciri – ciri kepribadian
sehat :
- Cinta yang produktif
Cinta yang produktif
menyangkut empat sifat yang menantang perhatian, tanggung jawab, respek dan
pengetahuan. Mencintai orang-orang lain berarti memperhatikan (dalam pengertian
memelihara mereka), sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, dan
membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka.
- Pikiran yang produktif
Pikiran yang produktif meliputi
kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir produktif didorong oleh
perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi
olehnya dan memperhatikannya. Fromm percaya bahwa semua penemuan dan wawasan
yang hebat melibatkan pikiran objektif, dimana pemikir-pemikir didorong oleh
ketelitian, dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh masalah.
- Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan
prestasi kita yang paling hebat.
- Suara hati
sumber :
Feist, J. & Feist, G. J. (2008). Theories of
Personality, Edisi keenam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan : Model-Model
Kepribadian Sehat. Kanisius. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar